Senin, 30 November 2009

DETAK HEBAT


didedikasikan untuk saudaraku, sahabat, teman seperjuanganku..

40 tahun lalu dirimu meringkuk disana
Menimbulkan detak hebat ke seluruh penjuru
Kehilangan orang sepertimu secepat itu
Menimbulkan imaji kesakralan semesta jiwa

Kini saat dirimu semakin rekat dalam ribaan
Kami mencarimu.. kami coba memahamimu
Maafkan bila kami terpeleset dan menjauh dari pemahamanmu tentang cinta dan keindahan
Maafkan bila kami teriris kenistaan dan hegemoni kebanggaan..

Bahwa kami sekarang sedang berdetak hebat
Menanti hadirmu nanti saat 40 tahun keribaan
Menanti semangatmu mengisi hari yang berat ini
Menyatukan hati kami disaat gundahnya perjalanan ini

Pusgiwa, 30 November 2009

Jumat, 27 November 2009

BIAS JINGGA


Bias jingga turun perlahan
Menyusupi takdir dalam rekahan
Terasa syahdu nyanyian sepi
Mengingat perjalanan yang masih panjang

Sekiranya melodi jingga berpaur dan padan
Terbias dalam pantulan cahaya bening
Tak kuasa ingin ku pandangi
Indahnya bias jingga hari itu

Home Sweet Home, 27 November 2009

Kamis, 12 November 2009

TETAP ANAK-ANAK


puisi ini untuk menjawab keresahan hati sahabatku

Tahukah kau disana apa yang berubah?
Rumah kita semakin tua kawan..
Rumah kita semakin reot

Tapi.. Tahukan kau apa yang berubah?
Tidak ada.. Tidak ada yang berubah
Penghuninya tetap sama
Malah bertambah banyak..

Mengapa tidak berubah?
Karena kita tetap anak-anak
Anak-anak yang selalu protes
Anak-anak yang selalu merengek

Mengapa kita tetap anak-anak?
Karena kita bermain diatap yang sama
Bermain diatap indahnya dunia
Bermain dihangatnya api kebersamaan

Jadi yakinlah kawan.. Ibu itu adalah ibu kita
Entah dia memiliki kita atau tidak.. aku tak peduli
Karena ada kamu kawan..
Dan ingat.. kita tetap anak-anak bukan??

Apa kau menyangsikan?
Menyangsikan raut wajah sahabatmu minggu lalu
Wajah lelah penuh perjuangan
Wajah hangat siap menyambut anak-anak baru
Wajah penuh harapan akan rumahnya yang kian reot..

Aku disana kawan..
Melihat mukamu juga..
Dan apa yang aku lihat???
Kamu juga masih anak-anak...

Jadi.. Kita tetap anak-anak

Pusgiwa, 12 November 2009

Selasa, 10 November 2009

EMBUN LIRIH


Dinginnya embun merasuk hidung

Melingkari jemari yang membeku perlahan

Tawa canda sahabat menghanyutkan suasana

Disaat bulan enggan tampak wajahnya


Disela-sela bukit-bukit kosong nan perawan
Tampak malu-malu ia muncul kehadapan
Kembali tidur dan bersembunyi
Mungkin karena lama tak berjumpa

Suasana dingin saat itu
Namun terasa hangat karena kita
Karena kita lama tak berjumpa
Akhirnya,.. Aku tiba..

Mandalawangi, 8 November 2009

Selasa, 03 November 2009

MENUJU KESANA


Titian temaram semakin nyata
Rasa rindu akan suasana dahulu
Tersirat tanya akan apa yang ada disana
Memercikkan serpihan dinginnya air segar menawan

Di tengah terangnya bulan ku menatap
Akhirnya ku akan kembali lagi
Rindu rasanya tak terbayang di imaji

Besok malam..
Ku akan memulai lagi
Memulai hasrat yang dulu sangat menggebu
Memulai rasa menyatu dalam indahnya..

Sampai jumpa disana..


Pusgiwa, 3 November 2009