Selasa, 29 Desember 2009

LET FACE THE GIANT


We know what we'll face
He's huge
He's a giant who slept for a long time

Now he's waking up
Ready to build the new era, new army
So are we ready?
To be part of the Giant?

You must,
'Coz world created by lots of Giant
'Not by followers who shows up like Giant
'Coz Giant not follow any one
Giant just doing it..


Earn it, and Face it

Selasa, 08 Desember 2009

TAPAL BATAS KESEHAJAAN


Detik ini..
Begitu cepat mengalir..
Di tapal batas kesehajaan kubersenandung lirih
Bersenandung tentang nyanyian keironian diri..

Ketika rumah reot nan kumuh coba diperbaiki
Semakin kencang angin menerpanya
Merepotkan buruh-buruh pekerjanya..
Menyingkapkan tabir-tabir yang terkini..

Kawan.. dengan hati kami disini
Seperti saat ketika rumah ini berdiri..
Mencoba untuk perbaiki genting-genting lapuk ini..

Maka,
Janganlah berkata kami tidak sepertimu yang kuat dan syahdu
Janganlah berkata kami tidak sepertimu yang tepat dan tajam
Karena kelemahan kami, falsnya suara kami, melesetnya perhitungan kami, dan tumpulnya pisau kami adalah karena tapal batas kesehajaan..
Mohon dimengerti..

Pendopo, 8 Desember 2009

Senin, 30 November 2009

DETAK HEBAT


didedikasikan untuk saudaraku, sahabat, teman seperjuanganku..

40 tahun lalu dirimu meringkuk disana
Menimbulkan detak hebat ke seluruh penjuru
Kehilangan orang sepertimu secepat itu
Menimbulkan imaji kesakralan semesta jiwa

Kini saat dirimu semakin rekat dalam ribaan
Kami mencarimu.. kami coba memahamimu
Maafkan bila kami terpeleset dan menjauh dari pemahamanmu tentang cinta dan keindahan
Maafkan bila kami teriris kenistaan dan hegemoni kebanggaan..

Bahwa kami sekarang sedang berdetak hebat
Menanti hadirmu nanti saat 40 tahun keribaan
Menanti semangatmu mengisi hari yang berat ini
Menyatukan hati kami disaat gundahnya perjalanan ini

Pusgiwa, 30 November 2009

Jumat, 27 November 2009

BIAS JINGGA


Bias jingga turun perlahan
Menyusupi takdir dalam rekahan
Terasa syahdu nyanyian sepi
Mengingat perjalanan yang masih panjang

Sekiranya melodi jingga berpaur dan padan
Terbias dalam pantulan cahaya bening
Tak kuasa ingin ku pandangi
Indahnya bias jingga hari itu

Home Sweet Home, 27 November 2009

Kamis, 12 November 2009

TETAP ANAK-ANAK


puisi ini untuk menjawab keresahan hati sahabatku

Tahukah kau disana apa yang berubah?
Rumah kita semakin tua kawan..
Rumah kita semakin reot

Tapi.. Tahukan kau apa yang berubah?
Tidak ada.. Tidak ada yang berubah
Penghuninya tetap sama
Malah bertambah banyak..

Mengapa tidak berubah?
Karena kita tetap anak-anak
Anak-anak yang selalu protes
Anak-anak yang selalu merengek

Mengapa kita tetap anak-anak?
Karena kita bermain diatap yang sama
Bermain diatap indahnya dunia
Bermain dihangatnya api kebersamaan

Jadi yakinlah kawan.. Ibu itu adalah ibu kita
Entah dia memiliki kita atau tidak.. aku tak peduli
Karena ada kamu kawan..
Dan ingat.. kita tetap anak-anak bukan??

Apa kau menyangsikan?
Menyangsikan raut wajah sahabatmu minggu lalu
Wajah lelah penuh perjuangan
Wajah hangat siap menyambut anak-anak baru
Wajah penuh harapan akan rumahnya yang kian reot..

Aku disana kawan..
Melihat mukamu juga..
Dan apa yang aku lihat???
Kamu juga masih anak-anak...

Jadi.. Kita tetap anak-anak

Pusgiwa, 12 November 2009

Selasa, 10 November 2009

EMBUN LIRIH


Dinginnya embun merasuk hidung

Melingkari jemari yang membeku perlahan

Tawa canda sahabat menghanyutkan suasana

Disaat bulan enggan tampak wajahnya


Disela-sela bukit-bukit kosong nan perawan
Tampak malu-malu ia muncul kehadapan
Kembali tidur dan bersembunyi
Mungkin karena lama tak berjumpa

Suasana dingin saat itu
Namun terasa hangat karena kita
Karena kita lama tak berjumpa
Akhirnya,.. Aku tiba..

Mandalawangi, 8 November 2009

Selasa, 03 November 2009

MENUJU KESANA


Titian temaram semakin nyata
Rasa rindu akan suasana dahulu
Tersirat tanya akan apa yang ada disana
Memercikkan serpihan dinginnya air segar menawan

Di tengah terangnya bulan ku menatap
Akhirnya ku akan kembali lagi
Rindu rasanya tak terbayang di imaji

Besok malam..
Ku akan memulai lagi
Memulai hasrat yang dulu sangat menggebu
Memulai rasa menyatu dalam indahnya..

Sampai jumpa disana..


Pusgiwa, 3 November 2009

Rabu, 28 Oktober 2009

WANITA TUA


Berulang kali berjumpa..
Dengan wanita tua itu..
Mengeluh.. Mencibir..

Di seusianya..
Di saat maut siap menjemputnya
Hanya gerutu yang ada di tatap matanya

Ah..
Hanya doa meringisku di dalam hati..
Doa untuknya
Semoga ia lekas menyadari..

Pusgiwa, 28 Oktober 2009

Minggu, 11 Oktober 2009

MENGGUGAT JALAN


Licin sekali malam itu..
Basah dan Menghitam
Di Jalanan berbulir pasir
Di tikungan penghenti roda..

Aku terjatuh..
Terjerembab..
Bangkit..
Dan Meringis..

Luar Biasa malam itu..
Saat Terang Bulan..
Saat Lampu temaram..
Perih kurasa..

Luar Biasa malam itu..

Pusgiwa, 10-10-2009

Selasa, 06 Oktober 2009

SEHARI LALU


Sehari lalu ada yang berubah
Tak terlihat tapi nyata
Senyata nyanyian alam yang tak terdengar
Senyata lukisan langit akan Tuhan..

Sehari lalu ada yang berubah
Tak terlihat tapi nyata
Pandangan mata yang makin terbuka
Seterbuka padang rumput didesir lirihan hujan..

Ada yang berubah sehari lalu..
Semakin nyata dalam masa-masa
Semakin nyata dalam angan masa depan

Semoga kejadian sehari lalu
Kejadian yang mengubah rajutan hidup ini..

Pusgiwa, 06 Oktober 2009

Minggu, 04 Oktober 2009

GUNCANGAN


Guncangan itu menerpa kota leluhur
menerpa sanubari pertiwi
menerpa perantauan
menerpa keribaan..

Tidur pulas para jiwa-jiwa terluka nan kesepian
Diiringi tangis ikhlas nusantara
Memekakkan lembahan dan puncak-puncak kebanggaan
Membesarkan jiwa bangsa ini..

Kami disini..
Memanjatkan doa dan upaya
Untuk kejayaan bangsa..

Pusgiwa, 04 Oktober 2009

Selasa, 29 September 2009

PUNCAK ITU...

Puncak itu terasa dekat..
Hanya.. Cukup sudah mendekatinya..

Puncak itu terasa dekat..
Hanya.. Cukup sudah meraba keelokannya..

Diantara bebatuan hitam nan megah
Kupandang kepulan embun yang bersembunyi
Kupandang harapan yang ingin kugapai..

Puncak itu terasa dekat..
Lain waktu kita bertemu lagi..

Bergspot, 27 September 2009

Jumat, 18 September 2009

HARI BIASA

Entah mengapa
Malam itu
Sunyi.. Sepi.. Hening

Entah mengapa
Malam itu
Tak ada terang rembulan..

Tapi.. ah..
Biasa saja..
Bagai hari biasa
Bagai waktu yang biasa..

yah.. biasa...

Depok, 18 September 2009

Jumat, 11 September 2009

ME-RADANG!


Agh.. Lemas Tubuh ini
Kerongkongan Sakit
Kepala Berat..

Ada apa ini?
Rencana tidak berjalan
Kawan meradang
Kerongkongan meradang

Sangat tidak menyenangkan berada dikondisi seperti ini..
Semoga cepat berakhir..

Pusgiwa, 11-09-2010

Kamis, 10 September 2009

2 TAHUN LALU


Kawan.. Ingatkah..
2 tahun lalu..

Hari dimana kita mencium bendera Bangsa Merah Putih dan Bendera berwarna kuning
dengan lambang kampus kita tercinta dihinggapi sepasang telapak kaki
dan dilingkupi segitiga keabadian...

Hari dimana kita melafalkan Janji setia, menyanyikan lagu Kebangsaan,
dan terharu bersama ditengah deru air yang jatuh sangat tinggi...

Kawan Ingatkah..
2 tahun lalu..

Semua perjuangan kita berakhir..
Memasuki langkah baru dalam keberagaman
Memasuki langkah baru dalam perjuangan
Memasuki langkah baru dalam menyelami arti hidup
Memasuki langkah baru dalam menyelami arti sahabat,
arti keputusan, dan arti sebuah keluarga

Senang bersamamu Kawan..
2 tahun yang menyenangkan, menegangkan, melelahkan, namun penuh arti..

Senang bersamamu Kawan..
Semoga kita selalu bersama dalam keberagaman..

Pusgiwa, 09-09-09

Minggu, 06 September 2009

ENTAHLAH


Malam itu..
Desir angin malam, bergidik ku dibuat..

Entah karena tergiring lamunan malam
Entah karena memang ku terlamun sendiri

Bukan lamunan dalam gelap
Bukan pula karena terang dan bulatnya rembulan kala itu



Entahlah...

Mungkin...
hanya karena embun yang kurindukan tak kunjung datang
Atau...
Mungkin karena diriku yang tak menghampirinya

Entahlah

Bandung, 5 September 2009

Sabtu, 05 September 2009

DERU AIR


Menepis Keraguan akan deruan air

Terlintas seruan bijak para pendahulu

Bahwa aku disini meyakini

Tak ada yang sesempurnaNya..

Serayu, 21-08-2007



UNTUKMU ALAMKU


Hembusan angin menerpa wajah

Membangunkanku dari sejuta asa

Desiran suara suara tawa para sahabat

Mengingatkanku akan beribu pesona yang menggelayuti jiwa


Serasa rendah dan kecilnya arti jiwa seseorang

Dihadapan padang rumput yang menghampar

Dihadapan pepohonan yang berdiri tegak

Dihadapan segala penciptaan yang menggelayutinya


Hari ini..

Diriku tersadar oleh sesuatu

Sesuatu yang membawaku dan takkan lepas selamanya

Bahwa..

Aku mencintai alam ini seperti cinta bunda padaku

Seperti kehangatan senyum sahabat yang memelukku


Pegunungan Willis, 24-07-2007